Di Susun oleh :
Veronica Kristiasie
BAB
I
PENDAHULUAN
Karya tulis ini menjelaskan tentang
bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan boraks dan formalin sebagai
bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan
sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan
dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan
kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup
serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh
berbagai pihak terutama pemerintah.
Belakangan Masalah Sekarang ini banyak
sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan
untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan
efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk
pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan
dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, saya berusaha
merangkum sedemikian rupa apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal
ini menjadi hal yang sangat penting.
Dalam
karya tulis ini saya akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula
dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut
serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah
terjadi lagi. Untuk itu karya tulis ini sangat cocok sebagai penambah wawasan
kita dalam mempelajari tentang bahaya boraks dan formalin dalam makanan.
Selamat
membaca..
Palangkaraya , 25 february 2012
Penyusun
BAB
II
Permasalahan
·
Apa
itu Boraks dan Formalin ?
·
Jenis
pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada
proses pembuatannya?
·
apa
dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut ?
·
Bagaimana
mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?
·
Bagaimana
penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat
dibasmi secara tuntas?
BAB
III
Pembahasan
•Apa itu Boraks dan Formalin
?
Boraks adalah bahan
kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol
kecoa. Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik.
Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air,
tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai
pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari
kandungan asam borat didalamnya. Asam borat sering digunakan dalam dunia
pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan
sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan
sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini
tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika
terserap masuk dalam tubuh.
Sedangkan formalin
adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan
dalam industri tekstil serta kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan sebagai
bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan
dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah
tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ
tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Kedua bahan
kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi
sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu
merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker
hingga menyebabkan kematian.
•Jenis pangan apa saja
yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatan nya
?
sebenarnya
tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi formalin. Tahu dan
bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan
mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan
penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2009, penggunaan
boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66
%. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 %. Tahu dan bakso berada
di urutan berikutnya yakni 16 % dan 15 %.
Walaupun berdasarkan
hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2009
penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut,
namun jumlah 16 % dan 15 % tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus
berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama
makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.
Boraks
dan Formalin Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi
kerja syaraf. Secara umum kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat
formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Jauhkan anak-anak dari makanan
yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan
dalam makanan
Berikut
beberapa pengaruh boraks pada kesehatan :
Tanda dan gejala akut :
v
Muntah-muntah,
diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
v
Tanda
dan gejala kronis
v
Nafsu
makan menurun
v
Gangguan
pencernaan
v
Gangguan
SSP : bingung dan bodoh
v
Anemia,
rambut rontok dan kanker.
Beberapa pengaruh formalin terhadap
kesehatan adalah sebagai berikut.
v
Jika
terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
v
Jika
terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
v
Jika
terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan
v
Jika
tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit
kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Seperti
yang telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu,
karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan
yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya.
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai
bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah
didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang
tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin
merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan
rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk.
Formalin
dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung
formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang
menggunakan Boraks dan formalin :
A. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan
menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat
Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan
menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
B. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak
digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun
dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut
mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang
tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan
besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks.
Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada
suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu
lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak
padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
C. Pentol Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari
pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal. Bakso
yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan
bakso yang menggunakan banyak daging.
D. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin
tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai
tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua dan
tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.
E. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin
akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah
karena daging bagian dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air,
ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung
formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.
F. Kerupuk
Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Tekstur
permukaan nya sebelum di goreng keras.
Peran pemerintah dalam
memberantas boraks dan formalin di Indonesia :
Walaupun penyebaran boraks dan
formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah
masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa
didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet
makanan masih merajalela.
Sebenarnya,
pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM,
seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic
cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998
tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan
sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses
produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan
pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut,
hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan
undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas
seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan
formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.
Sebagai
pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan
dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada
pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan
asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi
saya tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat
dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang
menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat
langsung.
BAB
IV
Penutup
Dalam bab ini
akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran
Berdasarkan uraian pada
bab III dapat disimpulkan bahwa:
a.
Manfaat
mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk
makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
b. Menurut responden tahu dan bakso adalah
makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin.
Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2009, ikan adalah bahan makanan yang
paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
c. Pemerintah masih sangat kurang dan
tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga
masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
Berdasarkan
kesimpulan dan keseluruhan makalah ini saya ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
Ø
Berikan
penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin,
pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai
fungsinya.
Ø
Pengawasan
yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat
undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø
Masyarakat
harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya
mengandung bahan formalin maupun boraks.
Ø
Kesadaran
dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks
dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika
melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada
makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan
formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Buku :
Abadi , Rinawan. 2010 . Ilmu Pengetahuan Alam Bilingual. Surabaya . PT.JePe Press Media
Utama
Saeful , Karim. 2008 . Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
jlek ganteng muha ku jua
BalasHapusthanks
BalasHapus